Rabu, 10 Oktober 2012


Cara Pembuatan Batik Tulis
          Terdapat tiga cara pembuatan batik tulis yang umum dilakukan, yaitu pembuatan batik secara tradisional, secara kesikan dan secara pesisiran / Pekalongan.
A. Pembuatan Batik Tulis secara Tradisional
          Proses pembuatan batik tulis secara tradisional hanya menggunakan pewarna biru indigo dan soga dengan melewati 7 tahapan pembuatan, yaitu:
  • Mbathik atau Nglowong, yaitu membuat pola pada kain dengan menempelkan malam menggunakan canthing tulis. Nglowong pada sebelah kain disebut juga “ngengreng” dan setelah selesai dilanjutkan dengan “nerusi” pada sebelah lainnya. Malam klowong yang digunakan pada proses ini tidak boleh bertekstur terlalu ulet agar nantinya mudah dikerok.
  • Nembok, yaitu menutup bagian-bagian pola yang akan dibiarkan berwarna putih menggunakan malam. Lapisan malam mini berfungsi sebagai tembok penahan zat pewarna agar jangan merembes ke bagian yang ditembok. Malam tembok harus memiliki tekstur kuat dan ulet.
  • Medel, yaitu mencelup kain yang telah diberi malam kedalam pewarna untuk memberikan warna dasar. Pada zaman dahulu, warna dasar ini adalah warna biru tua menggunakan bahan pewarna Indigo (bahasa jawanya adalah tom). Bahan pewarna ini tebilang sangat lambat untuk diserap oleh kain, sehingga harus dilakukan berulang kali.
  • Ngerok dan Nggirah, yaitu menghilangkan lilin dari bagian-bagian yang akan diberikan warna soga. Biasanya proses ini menggunakan alat yang dinamakan cawuk (semacam pisau tumpul).
  • Mbironi, yaitu menutup bagian-bagian yang akan tetap berwarna biru. Proses ini dilakukan pada kedua sisi kain.
  • Nyoga, yaitu mencelup kain kedalam pewarna soga. Sebagaimana Medel, proses ini jika menggunakan pewarna alam juga harus dilakukan secara berulang dan setiap kali selesai pencelupan maka harus dikeringkan di udara terbuka.
  • Nglorod, yaitu menghilangkan lilin batik menggunakan air mendidih.
B.  Pembuatan Batik Tulis secara Kesikan / Lorodan
          Secara umum proses pembuatan batik tulis secara kesikan / lorodan adalah sama dengan proses pembuatan batik tulis secara tradisional, hanya saja berbeda pada langkah ke 4, yaitu proses menghilangkan lilin setelah mengalami pencelupan pertama. Pada pembuatan batik tulis secara kesikan / lorodan, penghilangan malam pertama itu dilakukan dengan proses nglorod sehingga menghasilkan apa yang disebut “kelengan”. Setelah menjadi “kelengan”, selanjutnya (langkah kelima) melewati proses penutupan bagian-bagian yang akan tetap berwarna biru yang dinamakan proses ngesik.
C.  Pembuatan Batik Tulis secara Pesisiran / Pekalongan
          Sebagaimana kita ketahui, batik pesisiran / Pekalongan memiliki pewarnaan yang beraneka ragam. Proses pewarnaan dalam pembuatan batik tulis secara pesisiran / Pekalongan tidak seluruhnya dilakukan dengan cara pencelupan. Pewarnaan pada bagian tertentu pola dilakukan dengan menyapukan zat pewarna (nyolet), sehingga dapat dilakukan pewarnaan secara serentak dengan berbagai macam warna. Secara umum proses pembuatan batik tulis secara pesisiran / Pekalongan melewati 10 tahapan sebagai berikut:
  • Mbathik atau Nglowong
  • Nyolet, yaitu pemberian warna pada bagian-bagian tertentu pola dengan cara menyapukan zat pewarna pada bagian-bagian tersebut.
  • Nutup, yaitu menutup bagian yang telah dicolet menggunakan malam
  • Ndhasari, yaitu mencelup latar pola dengan zat pewarna yang dikehendaki
  • Menutup Dasaran, yaitu menutup bagian-bagian latar pola yang sudah diwarnai dengan malam agar tetap warnanya pada proses selanjutnya.
  • Medel
  • Nglorod, seperti pada proses pembuatan batik tulis secara kesikan / lorodan, proses ini menghasilkan “kelengan” tetapi perbedaannya adalah “kelengan” yang dihasilkan adalah “kelengan berawarna”
  • Nutup dan Granitan, yaitu menutup bagian-bagian yang telah diberi warna dan bagian yang akan dibiarkan tetap putih serta membuat titik-titik putih pada garis-garis diluar pola yang disebut dengan granit.
  • Nyoga
  • Nglorod

BY : ROSITA ANGGRAENI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar